Bisnis.com, MALANG - Pelatih Arema Cronus Suharno menyesalkan persiapan tim yang sudah matang dan siap melakoni kompetisi akhirnya menjadi sia-sia setelah dihentikannya QNB League/Indonesia Super League (ISL), meskipun hanya sementara.
"Persiapan matang selama ini sia-sia. Apalagi kepastian kapan ISL digulirkan lagi tidak jelas. Kami tinggal menunggu kabar baik dari manajemen saja, kami pasrah dengan kondisi kompetisi sekarang ini," ujar Suharno di Malang, Jawa Timur, pada Rabu (29/4/2015).
Status kompetisi yang dihentikan sementara membuat dia dan pemain tidak nyaman, bahkan kehilangan harapan untuk menggelar latihan dalam waktu dekat, sebab pelatih baru bisa berlatih lagi jika ada perintah dari manajemen akibat ketidakpastian berlangsungnya kompetisi tahun ini.
Menurut Suharno, kondisi dan situasi saat ini sama dengan kondisi ketika libur panjang setelah kompetisi berakhir, namun sekarang kompetisi baru bergulir dan masih menyisakan banyak pertandingan. Persiapan yang sudah disusun sejak akhir 2014 jadi sia-sia.
Untuk melanjutkan kompetisi jika digulirkan kembali, tim harus dibangun sejak awal atau mulai dari nol lagi, baik secara fisik, mental maupun kebersamaannya. Kondisi mental dan fisik pemain saat ini benar-benar drop akibat dihentikannya ISL dan Divisi Utama.
Menyikapi dihentikannya ISL untuk sementara, Media Officer Arema Sudarmaji mengatakan manajemen berencana melakukan sosialisasi kepada pelatih dan pemain. "Kami akan melakukan konsolidasi dulu secara internal, baru mengagendakan sosialisasi."
Sudarmaji mengatakan karena kompetisi dihentikan, untuk saat ini pemain diliburkan, namun sampai kapan belum ada kepastian. Manajemen masih terus memantau perkembangan ke depan, menunggu kepastian kelanjutan kompetisi, termasuk menunggu keputusan Menpora mencabut larangan bermain.
Dengan kondisi seperti sekarang, lanjutnya, manajemen hanya bisa menunggu, sementara beban klub terus meningkat. "Kami berharap secepatnya ada perubahan dan kompetisi digulirkan kembali."
CEO Arema Iwan Budianto prihatin dengan penghentian sementara ISL, sebab penghentian sementara kompetisi kasta teratas liga sepak bola Indonesia itu tentu berimbas pada kondisi pemain, baik fisik maupun mental, bahkan secara finansial karena rata-rata nasib pemain bergantung dari main bola.
Jika tidak ada pertandingan, kata Iwan, otomatis pemain tidak akan mendapat uang pertandingan plus bonus kemenangan yang selalu diberikan manajemen. Melihat kondisi ini, manajemen sedang merumuskan bagaimana mengatasi masalah yang timbul akibat penundaan yang tidak jelas ini.
Sedangkan kerugian finansial yang ditanggung manajemen, ujarnya, juga cukup besar karena pasokan dana dari sponsor terpaksa harus tertunda pembayarannya. Padahal, untuk operasional tim sehari-hari dibutuhkan biaya yang jumlahnya cukup signifikan.
"Meskipun sponsor menunda pembayaran, manajemen tetap harus mengeluarkan uang untuk operasional yang nilainya cukup besar. Sejak ditundanya kompetisi Februari lalu hingga sekarang, kerugian Arema hampir mencapai Rp5 miliar, termasuk penundaan pembayaran dari sponsor."