Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Merayakan Inspirasi Lewat "Garuda 19"

GARUDA 19: Film ini bercerita tentang jejak awal para punggawa Garuda 19 ketika mulai direkrut Coach Indra Sjafri (diperankan Mathias Muchus) dan tim pelatih di tengah segala keterbatasan karena pada saat itu sedang terjadi dualisme di tubuh PSSI.
Kapten timnas U-19 Evan Dimas./Antara
Kapten timnas U-19 Evan Dimas./Antara

Bisnis.com,  JOGJA -- Sekitar seratusan penonton larut dalam inspirasi ketika selesai menyaksikan film "Garuda 19" yang ditayangkan di Studio XXI Premier Jogjakarta, Minggu (12/10) sore.

Sebuah film yang menayangkan rekam jejak perjuangan tangguh dari para pelatih dan anggota Tim Nasional Sepakbola Usia 19 (Timnas U-19) hingga meraih prestasi.

Dibuka dengan adegan tokoh Yazid yang sedang terapung-apung di atas perahu kano di perairan Konawe Selatan, lalu ke adegan tendangan penalti ke gawang Vietnam yang mengantarkan Timnas U-19 menjadi juara Piala AFF 2013, kemudian mundur ke adegan setahun sebelumnya ketika bibit-bibit juara itu masih tersebar di sejumlah pelosok di Indonesia.

Film ini bercerita tentang jejak awal para punggawa Garuda 19 ketika mulai direkrut Coach Indra Sjafri (diperankan Mathias Muchus) dan tim pelatih di tengah segala keterbatasan karena pada saat itu sedang terjadi dualisme di tubuh PSSI.

Dengan dana seadanya, Indra dan timnya "blusukan" ke berbagai pelosok di Indonesia yang luas ini. Ia yakin banyak bibit hebat pesepakbola tersebar di Nusantara.

Perjalanan ini mempertemukannya dengan Yabes Roni anak asal Alor, Nusa Tenggara Timur yang selalu berlari setiap habis berlatih bola dari lapangan Kota Alor menuju rumahnya di pegunungan. Ia juga dapat menemukan Sahrul anak asal Ngawi, Jawa Timur, yang mengasah kekuatan skill-nya lewat pertandingan antar kampung. Hingga tokoh tambahan Yazid anak muda asal Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, yang senang berenang dan bermain bola di pasir pantai. Alam membentuk talenta mereka sebagai pemain bola.

Indra Sjafri dan tim pelatih menjemput mereka untuk menjadi bagian dari Garuda 19 bersama Evan Dimas (diperankan Yusuf Mahardika) dan kawan-kawan. Mereka sama-sama merasakan kepahitan dan kegembiraan selama pemusatan latihan sampai akhirnya mereka pun meraih prestasi.

Semuanya serba apa adanya. Dana yang minim membuat fasilitas yang diperoleh pun sangat minim. Bakal tim tangguh harapan dunia persepakbolaan Indonesia itu harus berkali-kali pindah penginapan karena ketiadaan dana. Menggunakan bus ala kadarnya sebagai sarana transportasi. Menginap di mesjid. Hingga menghadapi kesulitan tidak mendapat makan hingga harus berimajinasi sekedar untuk makan.

Namun hal itu tidak membuat gentar Timnas U-19 dan para pelatih. Mereka yakin pada kualitas bibit-bibit tersebut dan tetap berlatih dengan giat demi satu semangat yang membatu, menuju Piala Dunia.

Hal itu digambarkan dengan lugas dalam film besutan sutradara Andibachtiar Yusuf dan didukung oleh Mizan Productions tersebut.

Dalam film yang mengambil lokasi shooting di Jakarta, Yogyakarta, Solo, Konawe Selatan, dan Alor tersebut, sang sutradara juga berhasil menampilkan keberagaman Indonesia.

Terlihat dari keberagaman bahasa yang digunakan Yabes si anak Alor, Sahrul yang dari Ngawi, Evan yang asal Surabaya, hingga bahasa Minang yang beberapa kali terdengar kental diucapkan tokoh Indra.

Film ini memiliki pesan moral tentang pluralisme di Indonesia. Bagaimana tokoh Yabes dan kawan-kawan yang beragama Kristen merasa canggung ketika tim terpaksa menginap di sebuah mesjid kampung karena tidak punya dana untuk penginapan.

Dengan beragamnya lokasi shooting yang mencakup hingga ke wilayah timur, panorama cantik alam Indonesia terlihat indah.

Namun lebih dari itu, film Garuda 19 memberikan inspirasi, semangat, dan harapan kepada masyarakat tentang pesepakbolaan Indonesia yang saat ini mulai bangkit.

Semangat membatu yang ditanamkan Coach Indra dan tim pelatih kepada anak asuhannya menghantarkan tim itu meraih prestasi. Setelah memutus paceklik gelar tim sepakbola Indonesia sejak Sea Games 1991 dengan menjuarai Piala AFF U-19 2013, tim ini kemudian lolos ke babak final Piala Asia U-19 2014 setelah mengalahkan salah satu jawara sepakbola Asia, Korea Selatan.

Film ini tidak menyorot tentang tangguhnya Timnas U-19 di kancah pertandingan internasional. Adegan pertandingan internasional hanya ditampakan pada bagian awal dan bagian akhir film. Garuda 19 lebih menyorot tangguhnya perjuangan mereka menghadapi berbagai kendala demi mencapai satu tujuan, yakni membawa nama harum Indonesia di kancah internasional.

Film ini mencontohkan bagaimana dengan kekuatan tekad, usaha, doa dan kerja keras, menggapai impian bukanlah hal yang mustahil.

Banyak pesan moral dan kritik yang diungkapkan melalui film berdurasi 120 menit tersebut. Ada juga nada getir yang seharusnya menjadi otokritik bagi bangsa ini, yaitu ketika tokoh-tokoh film yang berasal dari luar Jawa menyebut Jawa seolah-olah sebagai pusat Indonesia dan mengungkapkan keinginan untuk masuk ke Jawa agar menjadi bagian Indonesia.

Film Garuda 19 merupakan adaptasi dari buku "Semangat Membatu" karya FX Rudy Gunawan dan Guntur Cahyo Utomo yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka.

Produser Avesina Soebli mengatakan film yang diangkat dari kisah nyata tersebut dapat menjadi perhatian masyarakat luas tentang kondisi yang dilalui Timnas Indonesia sekaligus menularkan inspirasi.

"Kami tidak ada beban karena memang tidak sedang bikin biopik tentang mereka. Apapun yang terjadi di lapangan nanti, mudah-mudahan Timnas Indonesia selalu bisa berjaya."

Ia mengakui tidak menutup kemungkinan akan membuat sekuel dari "Garuda 19" jika kondisi memungkinkan.

"Sekarang belum ada rencana bikin sekuelnya. Tetapi bisa saja. Cerita tentang bola kan bisa diangkat dari berbagai angle," katanya.

Sebagaimana film sebelumnya yang bertema tentang tim Garuda, ia berharap "Garuda 19" paling tidak dapat meraup sekitar 1,5 juta penonton.

Yusuf Mahardika mengaku senang dan bangga dapat memerankan tokoh Evan Dimas yang menginspirasi dan memberikan harapan pada banyak pecinta sepakbola Indonesia. Sumarlin Beta juga mengaku senang dapat berperan sebagai Yabes Roni.

Meskipun belum sempat bertemu langsung dengan sang tokoh asli, para pemeran tersebut dapat melakukan pendalaman tokoh dengan cara riset melalui media dan bertemu orang-orang terdekat tokoh.

Avesina menambahkan sebagian pendapatan film akan disumbangkan untuk mendukung Timnas 19.

Tidak ketinggalan musisi Noe "Letto" yang mengisi soundtrack film Garuda 19 dengan lagu berjudul "Hati Garuda" juga berencana mendonasikan seluruh pendapatan dari penjualan lagu tersebut untuk Timnas 19.

"Ini project cinta. Pakai hati. Lagu ini didedikasikan untuk Timnas 19. Niat dari awal, lagu ini adalah untuk mereka. Kami sengaja komersilkan dan jual lewat NSP. 100% hak royalti Letto akan disumbangkan untuk Timnas 19 Garuda Jaya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anggi Oktarinda

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper