Bisnis.com, JAKARTA – Novak Djokovic (Serbia) layak diprediksi bakal menang mudah dalam pertandingan final single putra tenis Paris Masters di Paris, Prancis, yang dijadwalkan berlangsung pada Minggu (3/11/2019) mulai pk. 21.00 WIB.
Prediksi itu sangat beralasan lantaran lawan yang akan dihadapinya dalam partai puncak hanyalah petenis nonunggulan yakni petenis Kanada kelahiran Israel, Denis Shapovalov, yang memenangi semifinal tanpa berkeringat sama sekali karena unggulan kedua Rafael Nadal (Spanyol) mundur akibat cedera.
Nadal cedera ketika melakukan pemanasan menjelang pertandingan Shapovalov. Dia segera mendapatkan pemindaian yang menjelaskan bahwa terjadi ketegangan kecil pada ototnya. Dia sempat melakukan pemanasan lagi setelah itu, tetapi akhirnya tak mau mengambil risiko dan memilih mengundurkan diri.
Mundur dari Paris Masters ini merupakan dua tahun berturut-turut dialami Nadal. Tahun lalu dia bahkan mundur sebelum memulai pertandingan akibat cedera, padahal saat itu dia merupakan unggulan teratas.
Dengan pengunduran diri Nadal, impian final ideal antara dua petenis peringkat teratas dunia urung terjadi. Kondisi ini pun bisa dikatakan memudahkan Djokovic meraih gelar kelimanya di Paris Masters. Sebelumnya dia menjuarai turnamen ini pada edisi 2009, 2013, 2014, dan 2015.
Djokovic melaju ke final kali ini setelah di semifinal pada Sabtu (2/11/2019) menghentikan perlawanan petenis berstatus nonunggulan dari Bulgaria Grigor Dimitrov dua set langsung tetapi dengan angka cukup ketat 7-6(5) 6-4.
Petenis nomor satu dunia itu juga melaju ke final Paris Masters tahun lalu, tetapi di laga puncak dikalahkan petenis Rusia Karen Khachanov—yang berstatus nonunggulan—dua set langsung 7-5 6-4.
Khachanov gagal mempertahankan gelarnya pada edisi tahun ini setelah pada Selasa (29/10/2019) di babak 32 besar dikalahkan petenis nonunggulan Jan-Lennard Struff (Jerman) 6-7(5-7) 6-3 5-7.
Di final kali ini, walaupun sangat diunggulkan atas Shapovalov, Djokovic pantas belajar dari hasil final tahun lalu. Kalau tak waspada, Djokovic bisa saja terjungkal di partai puncak seperti dialaminya dari Khachanov pada 2018.