Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) periode 2019 - 2023 Raja Sapta Oktohari mengaku akan langsung bergerak cepat melaksanakan tugas yang salah satunya menuntaskan dualisme kepengurusan federasi cabang olahraga.
"Kami saat di PB ISSI bukan hanya dualisme, tapi empatlisme. Namun, dengan pendekatan dan komunikasi yang baik semua itu bisa dituntaskan," kata pria yang akrab dipanggil Okto itu seusai Kongres KOI di Jakarta pada Rabu (9/10/2019).
Menjelang Kongres KOI, ada perwakilan cabang olahraga yang sedikit membuat gaduh yaitu tenis meja. Ada dua perwakilan dari Pengurus Besar Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PB PTMSI) yang hadir yaitu kubu Peter Layardi dan kubu Lukman Edy.
Bahkan, dari kubu Peter Layardi sempat memaksa tetap ikut dalam Kongres KOI. Namun, berdasarkan data yang dimiliki oleh panitia, tidak ada nama atau undangan untuk PB PTMSI. Setelah dijelaskan, kegaduhan itu selesai.
Okto berjanji segera membentuk tim kecil guna menyelesaikan kemelut pada induk organisasi cabang olahraga itu karena jika terus berlanjut, bakal memengaruhi prestasi atlet Indonesia di kancah internasional.
"Secepatnya diselesaikan. Kami tidak ingin kondisi itu mengganggu pembinaan ataupun prestasi atlet," kata pria yang pengunduran dirinya dari posisi Ketua Umum PB ISSI belum direstui itu.
Selain penuntasan dualisme induk organisasi cabang olahraga, KOI baru juga dihadapkan pada beberapa kejuaraan yang harus disiapkan dengan baik dan yang di depan mata adalah Sea Games 2019 Filipina.
Tidak hanya itu. Ada event besar yaitu Olimpiade 2020 Jepang dan atlet Indonesia terlebih dahulu harus berjuang melalui kualifikasi. Selain itu, ada bidding tuan rumah Olimpiade 2032 yang memerlukan kerja keras dari banyak pihak termasuk pemerintah.
"Untuk bidding tuan rumah Olimpiade 2032, kita perlu kerja sama. Kami akan memanfaatkan relasi yang kami miliki. Kami harapkan pemerintah melalui Presiden maupun Menlu melobi negara lain untuk memberi dukungan," kata Ketua Umum KOI periode 2015-2019 Erick Thohir.