Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Pelatih Ganda Putra Pelatnas PBSI Herry Iman Pierngadi (Herry IP) angkat bicara mengenai babak belur performa dari ganda putra Indonesia di Australian Open 2023.
Dia mengamini bahwa di turnamen BWF Super 500 itu, tak satu pun pasangan Indonesia berhasil lolos ke babak semifinal. Bahkan, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto juga terhenti di perempat final dari pasangan Korea Selatan Kang Min Hyuk/Seo Seung Jae melalui rubber gim dengan skor 16-21, 21-15, dan 14-21.
Dia menilai bahwa penampilan Fajar/Rian di perempatfinal Australia Terbuka 2023 memang tidak seperti yang diharapkan. Saat melawan pasangan Korea, mereka masih banyak melakukan kesalahan sendiri.
Dia melihat bahwa Fajar/Rian masih banyak error. Apalagi saat momen mereka unggul 6-3 di gim ketiga, sebenarnya pasangan Korea sudah goyah. Lawan sudah panik. Namun begitu momennya hilang, lawan bisa menyusul dan menambah percaya diri. Sementara Fajar/Rian jadi tertekan dan akhirnya banyak salah sendiri.
Setelah itu, dia melanjutkan pasangan Korea malah bisa berbalik dan semangat kembali. Dari sisi teknik, Herry mengamini bahwa pembukaannya Fajar/Rian harus diakui memang kalah.
“Permainannya monoton. Harusnya saat di gim ketiga, variasi pembukaannya bisa lebih kreatif. Lebih kaya lagi. Dengan hasil ini, performa Fajar/Rian yang mengikuti tiga turnamen beruntun, memang menurun. Di Korea mereka bisa maju ke final. Di Jepang bertahan hingga semifinal. Di sini malah sudah tersisih di perempatfinal,” ujarnya lewat rilis PBSI, Sabtu (5/8/2023)
Baca Juga
Sementara, ganda-ganda kita yang lain, dia menyebut bahwa performa anak didiknya memang belum bisa konsisten. Mulai dari Leo/Daniel, Pram/Yere, atau Bagas Fikri memang bisa mengejutkan dengan mengalahkan ganda putra papan atas dunia.
Namun, padalain hari mereka kalah, seperti Pram/Yere yang kurang bisa memberikan perlawanan sepadan kepada Hoki/Kobayashi.
“Performa mereka saya ibaratkan masih seperti roller coaster. Kadang bagus dan berada di puncak,” imbuhnya.
Dia mencontohkan Bagas/Fikri yang pernah jadi juara All England. Atau Pram/Yere juara Asia dan Leo/Daniel berjaya di Indonesia dan Thailand Masters. Namun setelah itu, performa mereka berada di bawah. Bahkan, sering kalah di babak-babak awal. Belum konsisten.
Kendati demikian, Herry menilai memang untuk ketiga pasangan itu, memang perlu waktu. Perlu proses agar mereka bisa masuk jajaran elite ganda putra dunia.
“Segalanya tidak bisa instant. Kami harus terus berikhtiar mengasah kemampuan mereka untuk masuk ke jajaran elite dunia. Harus diakui, peta persaingan ganda putra dunia saat ini memang lebih sengit. Jepang, China, Chinese Taipei, India, Malaysia, Korea, dan Denmark punya pasangan yang kuat dan saling mengalahkan,” tuturnya
Oleh sebab itu, Herry IP menegaskan bahwa setelah tampil di Australia Open, ke depan dari segi fisik, kecepatan Fajar/Rian harus ditingkatkan. Sementara dari teknik, pembukaan harus lebih banyak variasi. Jangan monoton.
Dia meyakini apabila salah satu pola permainan mereka diketahui, mereka harus memiliki banyak variasi lagi.
“Kalau pembukaan bisa ketebak dan tidak ada variasi lain, sudah pasti mereka akan kesulitan. Dan itu terjadi saat lawan Korea. Usai dari Australia, para pemain akan kami persiapkan untuk menghadapi Kejuaraan Dunia di Kopenhagen, Denmark, pada akhir Agustus. Memang persiapannya tidak panjang, mungkin sekitar 10 harian,” pungkas Herry.