Bisnis.com, JAKARTA - Pelaksanaan Sea Games 2021 yang rencananya akan digelar pada November hingga Desember mendatang di Hanoi, Vietnam disebut terancam ditunda. Lonjakan kasus varian baru Covid-19 di beberapa negara Asia Tenggara disebut sebagai penyebabnya.
Media The Straits Times menyatakan bahwa Komite Olimpiade Vietnam telah menulis surat kepada National Olympic Committees (NOC) minggu lalu. Dalam suranya, mereka mengutip tentang pertumbuhan kasus Covid-19 secara signifikan di negara tersebut.
Perkembangan situasi pandemi Covid-19 tersebut kabarnya akan dibahas dalam pertemuan 11 anggota NOC pada Rabu, 9 Juni 2021. Pertemuan itu disebut akan menentukan nasib pergelaran pesta olahraga Asia Tenggara tersebut.
"NOC Vietnam berbagi informasi terbaru terkait situasi terbaru di Vietnam. Federasi Sea Games akan bertemu minggu ini untuk membahas opsi yang tersedia untuk tanggal 31 SEA Games," kata seorang juru bicara Dewan Olimpiade Nasional Singapura (SNOC) kepada Straits Time pada Senin kemarin, 7 Juni 2021.
Vietnam, yang relatif berhasil menangani pandemi Covid-19 tahun lalu, sedang berjuang melawan situasi terburuk. Menurut Bloomberg, saat ini lebih dari 5.600 kasus telah dilaporkan di 39 dari 63 provinsi dan kota sejak akhir April. Kota-kota besar seperti Hanoi dan Kota Ho Chi Minh telah menerapkan aturan jaga jarak.
Berbagai media di sana tersebut juga telah melaporkan bahwa SEA Games berisiko tidak berlangsung sesuai jadwal. Pada Ahad lalu, laman Vietnam Net melaporkan bahwa pemerintah mereka telah meminta kementerian olahraga untuk mengajukan rencana pengunduran penyelenggaraan Sea Games berdasarkan resiko yang ditimbulkan oleh pandemi, sebelum mereka mengambil keputusan tentang apakah Sea Games akan dilanjutkan atau tidak.
Baca Juga
Laporan itu juga menyatakan bahwa se seorang pemimpin di departemen umum Olahraga mengatakan bahwa, "Sangat sulit untuk menemukan solusi untuk mencegah penyebaran Covid dengan puluhan ribu orang".
Setidaknya, menurut dia, ada tiga tantangan yang dihadapi Vietnam jika berkeras menyelenggarakan SEA Games sesuai jadwal, yaitu: Standar atlet yang rendah karena banyak atlet tidak dapat berlatih dengan bebas, kesulitan dalam memasarkan ajang itu, dan mengamankan keselamatan lebih dari 10.000 atlet, ofisial, dan peserta lainnya.
Wilayah Asia Tenggara memang tengah mengalami lonjakan kasus Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir. Indonesia telah melaporkan sekitar 1,86 juta kasus dan lebih dari 51.000 kematian. Pada Senin kemarin, 7 Juni 2021 Indonesia mencatatkan tambahan sebanyak 6.993 kasus, peningkatan harian tertinggi sejak 4 Maret.
Thailand juga berada dalam cengkeraman gelombang ketiga dan paling mematikan. Sejauh ini telah terjadi 179.886 total infeksi dan 1.269 kematian di Negeri Gajah Putih, kata Reuters.
Di Malaysia, infeksi Covid-19 sedang dalam tren menurun, tetapi jumlah infeksi harian tetap tinggi. Total kasus menembus 600.000 dalam beberapa hari terakhir, dengan lebih dari 3.000 orang meninggal karena virus sejak pandemi dimulai tahun lalu.
Singapura juga telah mengalami lonjakan kasus baru-baru ini, yang membuat mereka kemungkinan akan kembali memberlakukan pembatasan kegiatan sosial.
Portal The Vibes Malaysia melaporkan pada hari Senin bahwa ajang yang akan menampilkan 40 cabang olahraga itu dapat ditunda hingga Maret 2022. Penundaan Sea Games yang merupakan ajang dua tahunan itu, sepertinya akan terwujud, mengingat negara-negara terlibat dalam Sea Games ini juga banyak yang mengalami situasi buruk Covid-19.
Akan tetapi penundaan Sea Games 2021 juga akan menimbulkan masalah karena sejumlah negara juga akan berpartisipasi di sejumlah ajang yang sudah dijadwalkan tahun depan seperti Olimpiade Musim Dingin di Beijing, Cina (February), Commonwealth Games di Birmingham, Inggris (July) dan Asian Games di Hangzhou, Cina (September).
Bulan lalu, Vietnam telah menerapkan kebijakan bahwa semua atlet yang berlaga di Sea Games 2021 harus sudah mendapatkan vaksinasi. Dalam sejarahnya, ajang Sea Games yang pertama kali dimulai pada tahun 1959, hanya pernah dibatalkan sekali, yaitu pada tahun 1963, ketika kekacauan politik di Kamboja membuat negara tersebut tidak dapat menyelenggarakan acara dua tahunan itu.