Bisnis.com, JAKARTA – Pasukan Kamerun tiba di Mesir untuk Piala Afrika pada Sabtu (22/6/2019) pagi WIB setelah menunda keberangkatan mereka karena perselisihan gaji, berisiko menimbulkan sanksi.
Mereka mendarat di Kairo sekitar pukul 11 malam waktu setempat, disambut sekelompok kecil pendukung, sekitar 24 jam terlambat dari jadwal.
Skuad menolak untuk berangkat ke Mesir pada Kamis (20/6/2019) dan meminta agar gaji mereka digandakan karena tampil di turnamen, yang mereka menangi 2 tahun lalu dengan di final mengalahkan Mesir.
Namun, pada akhirnya para pemain setuju untuk bepergian tanpa janji uang tambahan lagi.
Federasi sepak bola Kamerun mengatakan setiap pemain dibayar bonus kualifikasi 20 juta franc CFA dan akan diberikan 5 juta franc CFA setelah memenangi pertandingan pertama di turnamen.
Dalam sebuah surat yang ditandatangani oleh semua pemain, mereka mengatakan sebagian besar telah membayar tiket pesawat mereka sendiri ke kamp pelatihan praturnamen tim di Madrid dan Doha.
Baca Juga
"Keputusan presiden [federasi sepak bola Kamerun] sejak 2014 menyatakan bahwa semua bonus, biaya partisipasi untuk pertandingan persahabatan, dan berkemah harus dibayarkan kepada para pemain sebelum turnamen besar dimulai," demikian pernyataan mereka.
"Kami bahkan menerima potongan 25 persen dalam bonus reguler kami menjelang Piala Afrika, tetapi sayangnya, mereka tidak menghargai ini. Kami menyesalkan komunikasi yang buruk antara para pemain dan pejabat sepak bola negara ini.”
"Kami berharap generasi pemain di masa depan tidak akan mengalami pengabaian serupa dengan kami dan mereka yang mendahului kami," lanjur pernyataan tersebut.
Kamerun memulai mempertahankan gelar mereka melawan Guinea Bissau di Ismailia di Grup F pada Rabu (26/6/2019) mulai pk. 00.00 WIB.
Menurut peraturan turnamen, tim harus berada di negara tuan rumah 5 hari sebelum kick off pertandingan pembuka mereka, yang berarti Kamerun menghadapi kemungkinan denda.
Pada 2014, pasukan mereka menolak naik pesawat karena membawa mereka ke Brasil untuk Piala Dunia karena perselisihan tentang bonus, juga menunda keberangkatan mereka sampai mereka akhirnya dibayar lebih besar.
Perselisihan tentang pembayaran bonus juga membayangi partisipasi mereka di Piala Dunia 1994 dan 2002, di mana tim gagal melewati babak penyisihan grup pembuka.