Bisnis.com, JAKARTA - Tim yang satu ini dijuluki La Albiceleste (The Albiceleste). Dari 17 kali penampilannya di Piala Dunia, dua kali juara yakni 1978 dan 1986.
La Selección (tim nasional), juga dikenal sebagai Albicelestes, telah tampil di lima putaran final Piala Dunia, termasuk final pertama pada 1930, tapi mereka kalah 4-2 dari Uruguay.
Argentina menang dalam penampilan terakhir mereka pada 1978, mengalahkan Belanda di perpanjangan waktu, 3–1. Argentina, yang dipimpin oleh Diego Maradona menang lagi pada 1986, kemenangan 3-2 atas Jerman Barat. Mereka kembali membuat putaran final Piala Dunia 1990, dan kalah 1-0 dari Jerman Barat menyusul penalti kontroversial pada menit ke-87.
Argentina, yang dipimpin oleh Lionel Messi membuat penampilan kelima mereka di final Piala Dunia 2014, sekali lagi, kalah dari Jerman, 1-0 selama perpanjangan waktu. Manajer pemenang Piala Dunia Argentina adalah César Luis Menotti pada 1978, dan Carlos Bilardo pada 1986.
Argentina, Brasil, Jerman dan Prancis adalah satu-satunya tim nasional yang telah memenangkan tiga gelar paling penting yang diakui oleh FIFA: Piala Dunia, Piala Konfederasi, dan turnamen Olimpiade. Mereka juga kerap menjuarai Copa América untuk Argentina.
Argentina dikenal karena memiliki persaingan dengan Brasil, Uruguay, Inggris, dan Jerman karena kejadian bersejarah dengan satu sama lain sepanjang sejarah sepakbola.
Bukan hanya dua kali menjadi raja Piala Dunia FIFA, Argentina kaya dengan sejarah dan rumah bagi banyak tokoh legendaris masa lalu dan sekarang. Skuad saat ini menampilkan array yang mempesona dari bintang-bintang berbasis Eropa terutama yang dipimpin oleh Lionel Messi, yang sering diakui datang dari dunia lain. La Albiceleste dengan kaos tim garis-garis biru dan putih yang ikonik selalu menjadi momok bagi tim dari Eropa, yang mendominasi piala empat tahunan ini.
Namun, kini, kekuatan Argentina tetap diperhitungkan kendati Argentina yang menempati posisi ketiga di kualifikasi CONMEBOL, jalan menuju ke sana penuh dengan gundukan. Yakni, kekalahan tak terduga di kandang melawan Ekuador dan Paraguay, hasil imbang melawan Venezuela, kekalahan 3-0 ketika mengunjungi Brasil dan harus mengalami gonra ganti hingga tiga manajer yang berbeda (Gerardo "Tata" Martino, Edgardo Bauza dan Jorge Sampaoli yang akhirnya membawa Argentina lolos ke Rusia dan keluar dari situasi yang sempat membuat keadaan menjadi lebih buruk.
Ketidakhadiran Lionel Messi dalam beberapa pertandingan menegaskan sekali lagi bahwa tim ini bergantung tanpa syarat atas partisipasinya. Bahkan, itu sampai harus menunggu hattrick sang kapten di kualifikasi final melawan Ekuador di Quito sehingga Argentina akhirnya lolos dari kualifikasi dengan tenang dan aman.
Tidak ada yang mudah bagi Argentina dalam rute mereka yang berliku-liku ke Rusia 2018.
Messi, tentu saja, yang membuat perbedaan, dan penyihir asal klub Barcelona ini adalah lambang serangan. Tanpa bintang ini, bagaimanapun, Argentina seperti macam ompong.
Dalam pertandingan persahabatan terakhir Argentina berakhir dengan bencana - sebuah kekalahan 6-1 ke Spanyol adalah bukti sekaligus yang memberi Sampaoli beberapa sakit kepala akut dalam seleksi.
Javier Zanetti, yang mewakili La Albiceleste tidak kurang dari 145 kali selama periode 17 tahun, mengakui berlikunya jalan Argentina. "Itu sangat rumit karena kami mengubah pelatih di tengah kualifikasi. Perubahan semacam itu tidak pernah mudah," ujarnya.
Kualifikasi Amerika Selatan selalu tangguh, dan kali ini, Argentina punya masalah besar. "Kami berada di tepi jurang: pertandingan terakhir melawan Ekuador membuat nyaman dalam hal mencapai Piala Dunia."
Zanetti optimis Argentina bisa berbuat yang terbaik. Mereka punya tim yang telah bekerja bersama selama beberapa waktu dan itu ditunjukkan di lapangan. Mereka memiliki pemain yang bagus, dan jika mereka melakukan pekerjaan yang baik antara sekarang dan Rusia, mereka dapat memiliki Piala Dunia yang hebat. Ini tidak akan mudah, tetapi Argentina selalu memiliki semangat juang yang menjadi trademark mereka, yang dapat membuat mereka berjalan jauh di Piala Dunia.
1930: Runner up
1934: Babak 1
1938: Mengundurkan diri
1950: Mengundurkan diri
1954: Mengundurkan diri
1958: Penyisihan Grup
1962: Penyisihan Grup
1966: Perempat final
1970: Tidak lolos kualifikasi
1974: Babak Kedua
1978: Juara
1982: Babak Kedua
1986: Juara
1990: Runner Up
1994: 16 Besar
1998: Perempat final
2002: Penyisihan Grup
2006: Perempat Final
2010: Perempat Final
2014: Runner up
Daftar Pemain
Kiper: Sergio Romero (Manchester United), Franco Armani (River Plate), Willy Caballero (Chelsea FC)
Bek: Gabriel Mercado (Sevilla), Cristian Ansaldi (Torino), Nicolas Otamendi (Manchester City), Federico Fazio (AS Roma), Marcos Rojo (Manchester United), Nicolas Tagliafico (Ajax), Marcos Acuna (Sporting de Lisboa)
Gelandang: Javier Mascherano (Hebei China Fortune), Eduardo Salvio (SL Benfica), Lucas Biglia (AC Milan), Giovani Lo Celso (Paris Saint-Germain), Ever Banega (Sevilla), Manuel Lanzini (West Ham United), Maximiliano Meza (Independiente), Angel di Maria (Paris Saint-Germain), Cristian Pavon (Boca Juniors)
Penyerang: Lionel Messi (FC Barcelona), Paulo Dybala (Juventus), Gonzalo Higuain (Juventus), Sergio Aguero (Manchester City)