Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SANKSI FIFA: Sepakbola Indonesia Di Ujung Tanduk?

JAKARTA-Sidang Dewan Eksekutif FIFA esok hari (14/12) akan bersidang di Tokyo untuk menentukan nasib persepakbolaan Indonesia yang sampai saat ini masih juga belum usai menyelesaikan ‘pekerjaan rumah’-nya, dualisme kepemimpinan organisasi

JAKARTA-Sidang Dewan Eksekutif FIFA esok hari (14/12) akan bersidang di Tokyo untuk menentukan nasib persepakbolaan Indonesia yang sampai saat ini masih juga belum usai menyelesaikan ‘pekerjaan rumah’-nya, dualisme kepemimpinan organisasi sepakbola dan kompetisi.

Sampai detik-detik akhir Sidang Dewan Eksekutif FIFA esok, pemerintah melalui Tim Task Force yang dipimpin oleh Rita Subowo terus berupaya mendamaikan dua kubu yang saling berseteru mengurus sepakbola negeri ini, PSSI dibawah kepemimpinan Djohar Arifin Husin dan PSSI versi KPSI dibawah komando La Nyalla Mattalitti.

Menurut rencana, kedua kubu itu akan dipertemukan dalam satu forum oleh Tim Task Force pada hari ini (13/12).

Kedua kubu masih tetap mempertahankan pendiriannya bahwa merekalah yang paling berhak mengelola industri persepakbolaan Tanah Air.

Djohar Arifin Husin merasa heran pihaknya disalahkan atas ancaman sanksi FIFA yang kemungkinan akan segera dijatuhkan kepada persepakbolaan Indonesia.

“Kenapa kami dihukum? Kami sebagai anggota FIFA resmi tidak dalam posisi yang salah. Karena yang mengacaukan persepakbolaan Indonesia itu adalah suatu kelompok,” katanya.

Dia mempertanyakan logika orang-orang yang menyalahkan PSSI. “Logikanya di mana? Mestinya kami dibantu untuk menyelesaikan masalah, bukan seharusnya dihukum”.

PSSI merasa telah berniat baik untuk mematuhi nota kesepahaman (MoU) dengan menyelenggarakan kongres di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, 10 Desember 2012. Namun kongres itu tidak dianggap sah oleh pemerintah karena menyalahi MoU Kuala Lumpur dengan tidak menyertakan anggota Kongres Luar Biasa (KLB) Solo dari pihak KPSI.

Dia menyalahkan KPSI sebagai awal mula ancaman sanksi FIFA. “KPSI itu dalam posisi yang salah. Mereka tetap menjalankan kompetisi tandingan. Selain itu mereka melarang pemainnya bergabung dengan timnas Indonesia. Parahnya mereka membuat timnas versi mereka sendiri,” tuturnya.

Apa kata KPSI?

“Pemerintah tidak perlu ragu-ragu untuk mengambil tindakan tegas. Tidak perlu bosan melihat fakta bahwa MoU sebagai jalan penyelesaian kemelut PSSI memerintahkan kongres harus digelar pada 10 Desember adalah kongres biasa dan harus dihadiri pemilik suara Solo,” ujar La Nyalla Mattalitti di sela-sela menghadiri peluncuran kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2013 yang ditayangkan secara langsung di Studio 2 Stasiun ANTV di kawasan Epicentrum Kuningan Jakarta Selatan, tadi malam (12/12).

La Nyalla mengingatkan bahwa kesalahan yang dibuat oleh kepengurusan PSSI Djohar Arifin Husin sudah terjadi sejak tidak mematuhi hasil Kongres Bali 11 Januari 2011, dan kemudian mengubah status keanggotaan di PSSI. “Dulu kami ajak untuk mengubahnya melalui kongres, tapi mereka tidak mau”.

Perihal kemungkinan jatuhnya sanksi dari FIFA, La Nyalla menegaskan pihaknya tak ingin berandai-andai. Namun jika sampai sanksi itu benar-benar keluar, maka Djohar yang harus bertangungjawab karena PSSI telah mempermainkan data dan fakta peserta kongres yang menyimpang dari voters Solo.

“Sekali lagi, pada kasus yang terakhir kuncinya adalah soal voters. Kongres yang digelar di Palangkaraya itu sudah jelas mereka melanggar MoU. Kami berharap FIFA dapat memeriksa berkas-berkas yang disampaikan oleh Exco yang berkongres di Jakarta,” katanya.

Apa komentar pecinta sepakbola Tanah Air?

“Sepak bola Indonesia sangat pantas untuk dihukum FIFA seiring semakin semrawutnya sepakbola nasional sejak Djohar Arifin menduduki kursi kepemimpinan PSSI 9 Juli 2011. Sanksi FIFA bukanlah sebuah kiamat bagi persepakbolaan Indonesia,” kata Sarman Hakim, Ketua Masyarakat Sepak Bola Indonesia (MSBI).

Menurutnya, hukuman yang akan segera dijatuhkan oleh FIFA itu akan menyadarkan Indonesia dari keterpurukan pengelolaan sepak bola.

“Indonesia belum mampu menunjukkan kepemimpinan dan pengelolaan sepak bola yang dapat dibanggakan. Justru kali ini masuk dalam agenda penyelesaian dualisme persepakbolaan yang semakin berlarut-larut”.

Dia menilai PSSI sebagai pihak pengelola sepak bola tertinggi di Tanah Air belum mampu memberikan kemampuan terbaiknya dalam merangsang prestasi sepak bola. “Padahal Indonesia memiliki potensi sumber daya manusia yang sangat besar dengan jumlah lebih dari 200 juta penduduk,” katanya.

Kini kita menanti dengan penuh harapan, semoga Sidang Dewan Eksekutif FIFA dapat menghasilkan keputusan yang terbaik untuk persepakbolaan Indonesia dan seluruh pemangku kepentingan di negeri ini dapat mengambil hikmah dari apapun keputusan yang dihasilkan oleh FIFA esok hari. (antara/yus) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Sumber : Newswire/Yusran Yunus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper