Bisnis.com, JAKARTA – Panitia Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo memperkirakan jumlah ofisial asing yang datang ke pesta olahraga musim panas ini kurang dari separuh yang diprediksi semula.
Walaupun demikian, mereka tetap berupaya terus untuk mengurangi jumlahnya guna menyederhanakan ajang tersebut.
Sebagaimana dilansir Nippon Hoso Kyokai (NHK) pada Sabtu (15/5/2021), Presiden Panitia Penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade Jepang Hashimoto Seiko menyampaikan pihaknya ingin semakin menyusutkan jumlah ofisial karena hal itu akan memudahkan langkah melawan virus corona.
Dia juga mengatakan pihaknya tengah mempertimbangkan untuk mengerahkan personel pemantau untuk memastikan bahwa semua atlet dan lainnya mematuhi aturan langkah-langkah melawan virus tersebut.
Sebelum pandemi virus corona, panitia penyelenggara Tokyo awalnya memperkirakan sekitar 180.000 ofisial dan wartawan asing akan melawat ke Jepang.
Namun, menyusul penundaan selama setahun, panitia telah menyederhanakan acara tersebut dan memutuskan tidak akan mengizinkan penonton dari luar negeri. Langkah ini mengurangi perkiraan delegasi yang datang saat ini menjadi kurang dari 90.000.
Baca Juga
Masih terkait dengan penyelenggaraan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo, Menteri Jepang yang bertanggung jawab atas Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo Marukawa Tamayo mengatakan kamp pelatihan bagi atlet asing di 45 kota serta sejumlah acara pertukaran budaya terkait telah dibatalkan.
Menurut Marukawa, 32 komunitas tuan rumah mengatakan tim-tim yang berpartisipasi menginformasikan kepada mereka pembatalan kamp tersebut.
Marukawa menyesalkan sejumlah tuan rumah membatalkan rencana itu. Dia juga mengaku mendengar bahwa mereka ingin berinteraksi dengan para atlet secara daring atau setelah ajang tersebut. Dia mengatakan lebih dari 1.000 kamp telah direncanakan di penjuru Jepang.
Para pejabat mengatakan dalam sejumlah kasus, para atlet dan staf akan pergi langsung ke perkampungan atlet di Tokyo tanpa mengadakan kamp sebagai kewaspadaan terhadap virus corona. Di tempat-tempat lainnya, fasilitas pelatihan yang didirikan otoritas setempat diubah menjadi tempat vaksinasi.