Bisnis.com, JAKARTA - Mantan pelatih Tim Nasional atau Timnas U-19 Fakhri Husaini menjelaskan bahwa pernah ditawari untuk menjadi salah satu asisten untuk pelatih Timnas Shin Tae-yong. Juru taktik berusia 54 tahun ini mengatakan tawaran itu disampaikan oleh Direktur Teknik PSSI Danurwindo pada tanggal 6 Desember 2019. "Saat itu, saya ada dinas di Jakarta, Danur menemui saya di hotel waktu itu, di Hotel Treva," kata Fakhri saat dihubungi Tempo, Rabu (8/1/2020).
Pria kelahiran Lhokseumawe ini mengatakan langsung menolak tawaran menjadi asisten yang diberikan PSSI. Sikap itu, kata Fakhri disampaikan melalui Danurwido yang mewakili jajaran pengurus federasi sepak bola Indonesia. "Saya sempat mempertanyakan alasan PSSI menempatkan saya sebagai asisten apa?" kata dia.
Pertanyaan itu, kata dia, sudah disampaikan langsung kepada Danurwindo. Menurut Fakhri, apakah memang PSSI meragukan kemampuan pelatih lokal untuk memimpin timnas. Kalau ternyata alasan PSSI seperti itu, ia mengatakan itu sebagai sebuah pelecehan untuk kualitas pelatih lokal. "Danur tidak bisa jawab juga alasannya (saya diturunkan sebagai asisten pelatih)," ungkap dia.
Menurut dia, sikapnya menolak sebagai asisen pelatih karena indikator PSSI untuk memgevaluasi kinerja jajaran pelatih Timnas U-19 tidak jelas. Fakhri menyebutkan tidak ada indikator yang diberikan mengenai hasil evaluasi kecuali suka-suka pengurus. "Kalau saya mau cari aman, cari enak. Enak banget jadi asisten, tanggung jawab tidak ada, beban nggak ada," kata dia.
Fakhri yang juga merupakan mantan pemain timnas era 1990-an memikirkan nasib staf kepelatihan yang berjuang bersama meloloskan Amiruddin Bagus Kahfi dan kawan-kawan ke Piala Asia U-19 2020 di Uzbeskistan. Padahal, kata Fakhri jajaran kepelatihan seperti Mahruzar Nasution dan Sofie Imam Faizal juga telah berkeringat untuk timnas. "Kalau saya jadi pelatih kepala, kami tetap bisa bersama karena kami bukan orang gagal," kata dia.
Menurut dia, kalau memang PSSI mau melakukan evaluasi harusnya menunggu setelah Piala Asia U-19 2020. Pengurus, kata Fakhri bisa memberikan target setingginya kalau memang mau mengukur kapasitas jajaran pelatih. "Contohnya target juara, kan jelas patokannya," kata dia.
Fakhri mengatakan bahwa sikapnya mudah-mudahan bisa mewakili sikap pelatih lokal yang kadang diremehkan kualitasnya oleh pengurus PSSI. Menurut dia, penolakannya sebagai asisten tidak bermaksud mengurangi rasa hormatnya kepada Shin Tae-yong. "Saya bekerja dengan pelatih asing malah bagus, justru saya bisa dapat ilmu. Saya pernah jadi asisten Sergei Dubrovin, saya pernah jadi asisten peter white juga," kata dia.
Penolakannya menjadi asisten pelatih timnas, kata Fakhri Husaini, bukan berarti sebuah sikap yang tidak nasionalis. Menurut dia, selama ini pelatih lokal yang bekerja sama dengan PSSI tidak pernah negosiasi perihal fasilitas yang diberikan dalam kontrak seperti aparemen maupun mobil. "Kami tidak pernah bicara itu. Kami hanya mau bekerja untuk bangsa dan negara," kata dia.