Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PIALA DUNIA 2018: Adu Gengsi Nike dan Adidas

Piala Dunia bukan hanya ajang bergengsi bagi negara-negara jago sepakbola. Turnamen sepakbola terbesar dunia juga menjadi panggung bagi rivalitas para produsen alat-alat olahraga.
Pemain Prancis bergembira setelah lolos ke perempat final setelah menundukkan Argentina 4-3 di Piala Dunia 2018, Sabtu (30/6/2018) di Rusia/Reuters
Pemain Prancis bergembira setelah lolos ke perempat final setelah menundukkan Argentina 4-3 di Piala Dunia 2018, Sabtu (30/6/2018) di Rusia/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Piala Dunia bukan hanya ajang bergengsi bagi negara-negara jago sepakbola. Turnamen sepakbola terbesar dunia juga menjadi panggung bagi rivalitas para produsen alat-alat olahraga.

Nike dan Adidas masih menjadi merek-merek yang mendominasi tampilan 32 tim yang berlaga di ajang ini. Nike tercatat menjadi sponsor bagi 10 tim nasional (timnas) peserta Piala Dunia 2018, kalah dari Adidas yang digunakan 12 timnas.

Namun, memasuki babak perempat final, dari 8 tim yang tersisa sebanyak 4 tim di antaranya dipegang oleh Nike. Keempat tim tersebut adalah Brazil, Prancis, Inggris, dan Kroasia.

Sementara itu, tinggal tiga tim yang mengenakan baju buatan Adidas yakni Belgia, Rusia, dan Swedia. Adapun satu tim lainnya, Uruguay, disponsori oleh Puma.

Persaingan antara Nike dan Adidas sudah berlangsung lama. Pada 2014, untuk pertama kalinya Nike berhasil mengungguli Adidas dalam hal sponsor timnas.

Tetapi, tahun ini Nike kembali mesti mengakui keunggulan rivalnya yang berbasis di Jerman itu. Adidas pun masih menjadi produsen bola-bola yang digunakan di Piala Dunia, sebuah tradisi yang sudah berlangsung sejak 1970.

Reuters melansir Rabu (4/7/2018), perolehan Nike dari tim-tim yang disponsorinya di Rusia menjadi catatan kesuksesan tersendiri di tengah upaya perusahaan AS itu untuk meningkatkan kontribusi dari penjualan perlengkapan sepakbola.

Berdasarkan laporan keuangan Nike untuk tahun fiskal 2018 yang dikutip Bisnis, pendapatan perusahaan untuk Nike Brand mencapai US$9,3 miliar pada kuartal IV/2018. Angka ini naik 9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pendapatan dari produk yang berkaitan dengan sepakbola tercatat menyentuh US$2,14 miliar atau naik 8% secara year-on-year (yoy).

Pertumbuhan tersebut antara lain didukung oleh kuatnya permintaan dari pasar internasional dan peningkatan di produk alas kaki dan pakaian olahraga.

Adapun pendapatan Nike secara keseluruhan menyentuh US$36,39 miliar atau tumbuh 6% secara yoy. Namun, laba bersih terpangkas hingg 54% dari US$4,24 miliar menjadi US$1,93 miliar.

"Ketika Adidas mendominasi liga-liga Eropa dan liga profesional AS, tentunya pangsa pasar di luar olahraga tradisional AS akan memberikan keuntungan bagi harga saham dan brand Nike," papar Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management di Tulsa, Oklahoma, AS seperti dilansir Reuters.

Meski merchandise Piala Dunia biasanya dijual besar-besaran sebelum turnamen tersebut dimulai, tapi penjualan merchandise suatu tim bisa terus meningkat jika tim terkait terus melaju ke babak selanjutnya atau menunjukkan performa yang mengejutkan.

Rabu (27/6), ketika timnas Jerman kalah dari Korea Selatan (Korsel) dengan skor 0-2, saham Adidas turun 2,7% pada perdagangan hari berikutnya.

Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi ketika Jerman memenangkan gelar juara Piala Dunia 2014. Penjualan merchandise timnas Jerman mencakup sepertiga dari total 9 juta jersey yang dijual Adidas.

Sejak Piala Dunia 2018 berlangsung, saham Nike sudah naik hampir 3%, sebagian besar didukung oleh laporan keuangan dan proyeksi penjualan yang kuat. Sementara itu, saham Adidas menunjukkan penurunan sekitar 5%.

Melihat jadwal pertandingan perempat final Piala Dunia 2018 yang mulai digelar akhir pekan ini, persaingan antara dua perusahaan besar itu akan makin mengetat. Pasalnya, babak ini mempertemukan Brazil dengan Belgia, Prancis dengan Uruguay, Inggris dengan Swedia, dan Kroasia dengan Rusia.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper