Bisnis.com, JAKARTA - Menjadi pemain video game profesional bahkan atlet esports rupanya mulai menjanjikan. Jangan kira bayarannya hanya cukup untuk menambal biaya pulsa atau ngalong di warnet saja, upah mereka bisa saja lebih besar dari pekerja kantoran sekalipun.
General Manager Evos Esports Indonesia Aldean Tegar mengatakan bahwa para pemain esports di timnya di gaji layak dengan bayaran sekitar Rp5-6 juta. Jumlah tersebut masih bisa bertambah kala mendapatkan bonus atau memenangkan pertandingan kompetisi.
"Selain itu, juga kan ada sponsor, biaya pokoknya sudah ditanggung. Jadi, mereka bersih penghasilannya dan tinggal berfokus untuk ikut di pertandingan saja," tambahnya.
Saat ini aldean adalah manager yang mengurusi setiap agenda para pemain tim DOTA 2 dari tim Evos. Setiap hari aldean mengatur jadwal mereka makan, berlatih, istirahat, sampai pulang kampung dan mengambil cuti.
"kami mulai latihan jam 1 sampai jam 3 siang. Jadi mereka harus bangun paling telat itu jam 11, dan itu langsung disedikan sarapan untuk mereka. Jam 1 sampai jam 3 itu latihan game best of two. Sampai jam 4 istirahat, berdiskusi dan lanjut sampai jam 6 untuk latihan. Setelah itu baru jam 7 lanjut latihan lagi sampai jam 9 malam, setelahnya ada diskusi. Nah, setelah itu bebas, ada yang tidur ada juga yang meningkatkan level mereka di game," katanya.
Tak hanya fokus berlatih di depan komputer, Aldean juga menyisipkan jadwal olahraga ke dalam agenda mereka. Dalam seminggu minimal mereka melakukan olahraga satu kali. Jenis olahraganya bisa berenang, tenis, ataupun lari di jogging track yang tersedia di apartemen tempat mereka tinggal.
Aldean menjelaskan, tim Evos saat ini memiliki beberapa tim dengan cabang esports yang berbeda. Rentang usianya pun begitu beragam, tidak hanya terbatas pada orang dewasa saja. Salah satu pemain termuda mereka saat ini adalah remaja berusia 15 tahun.
"Pemain paling muda kami saat ini berusia 15 tahun, dan itu juara nomor 1 se-Indonesia saat ini. Dan orang tuanya sangat mendukung dia karena memang dia bisa menghasilkan uang yang tak sedikit dari bermain esports. Dia adalah pemain AOV (Arena of Valor), kemarin dia baru saja dapat Rp300 juta karena jadi juara pertama di Indonesia, meskipun dibagi lima," katanya.
Dalam memilih anggota timnya, Evos melakukan pencarian bakat ke lapangan, menyusuri setiap pemain muda potensial yang tersebar di seluruh Indonesia. Tak hanya itu, kadang pencarian pemain esports bahkan melibatkan proses transfer layaknya pertukaran pemain di dunia sepak bola.
"Sekarang masih scouting dan transfer, karena player terikat kontrak yang biasanya berdurasi 6 bulan sampai 1 tahun. Kan ada leader boardnya, nah dari 1-100 itu kan kelihatan langsung mana pemain Indonesia yang jago dan yang tidaknya. Kam mengontak mereka, untuk bergabung harus sudah usia dewasa dulu, karena terikat kontrak profesional. Kalau mereka masih di bawah umur, kontrak masih akan diwakilkan oleh orang tua mereka," jelasnya.
Tak bisa dipungkiri, esports memang telah menjadi satu ajang olahraga terbaru yang akan mengubah peta industri olahraga konvensional sebelumnya. Dalam ajang Asian Games 2018 nanti, esports bahkan sudah dipastikan akan dipertandingkan secara eksibisi. Meski masih jadi penggembira, optimisme terhadap masa depan olahraga masa depan ini akan semakin membuncah seiring dengan berkembangnya teknologi.
"Menurut saya sekarang ini justru baru permulaan ya, saya yakin dalam waktu 5-6 tahun ke depan industri ini pasti sedang hot sekali. Soalnya, game itu terus berkembang dan tidak pernah mati, game akan selalu ada. Apa lagi dengan sponsor dan teknologi yang terus berkembang, menurut saya ya ke depannya saya yakin 100% akan semakin menjanjikan," pungkasnya.