Bisnis.com, JAKARTA – Keputusan Kongres Tahunan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) berpotensi menjadi ‘bom waktu’ di masa mendatang bila tidak dikelola dengan baik.
Sebagaimana diketahui, Kongres Tahunan pada Minggu (8/1/2017) menghasilkan beberapa keputusan kontroversial.
Salah satunya, PSSI mengembalikan status keanggotaan klub Arema Indonesia. Padahal, di Malang sudah ada Arema FC sehingga bepotensi memecah sepak bola daerah tersebut.
Sejumlah pemilik klub juga masih mempertanyakan dasar penempatan berkompetisi. Dari tujuh klub yang diputihkan, hanya Persebaya Surabaya yang berlaga di Divisi Utama Liga Indonesia. Sisanya berlaga satu kasta di bawahnya yakni Liga Nusantara.
Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo berpendapat kebijakan saat ini bisa saja dianggap kontroversial di masa mendatang.
Hal ini, menurut dia, serupa dengan kebijakan PSSI di era-era sebelumnya yang dinilai keliru oleh rezim saat ini.
“Apa-apa yang sekarang dianggap baik dan benar saat ini, bisa saja menjadi salah di masa mendatang,” katanya kepada Bisnis.com.
Roy mengaku mengalami sendiri kondisi tersebut.
Dia merasa kebijakannya saat menjadi Menpora 2013-2014 juga mendapat kritik. Salah satunya terkait langkah penyatuan dualisme PSSI lewat Kongres Rekonsiliasi pada Maret 2013.
“Ini mirip langkah Bung Karno menyatukan Indonesia yang dianggap ‘salah’ oleh Pak Harto. Kemudian diteruskan Habibie, Gus Dur, Megawati, Pak SBY, dan sekarang Jokowi. So, setiap pemimpin punya masa dan zamannya sendiri,” tambahnya.
Roy sendiri mendukung penuh hasil kongres yang diputuskan oleh para pemilik suara. Dia berharap sepak bola Indonesia ke depan dapat kembali bangkit, terlebih setelah sanksi FIFA selama 1 tahun.
“Saya haturkan selamat dan sukses atas Kongres PSSI, termasuk terhadap semua hasil dan keputusannya,” kata Wakil Ketua Umum Partai Demokrat ini.