Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Piala AFF: 5 Pelajaran dari Indonesia vs Vietnam, Bekal Melibas Thailand

Indonesia menerobos final Piala Asean Football Federation (AFF) 2016, hasil yang dapat disebut agak mengejutkan, mengingat sejumlah kondisi negatif.
Andik Vermansyah (kiri) dan Stefano Lilipaly, dua andalan Timnas Indonesia/Antara-Wahyu Putro
Andik Vermansyah (kiri) dan Stefano Lilipaly, dua andalan Timnas Indonesia/Antara-Wahyu Putro

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia menerobos final Piala Asean Football Federation (AFF) 2016, hasil yang dapat disebut agak mengejutkan, mengingat sejumlah kondisi yang tidak menguntungkan.

Namun, daya juang tinggi dan pertolongan Tuhan telah membuktikan bahwa kita bisa melaju hingga partai puncak. Kita akan meladeni laga dua leg pada 14 dan 17 Desember melawan tim terkuat Asia Tenggara saat ini, Thailand.

Ada bagusnya Timnas Indonesia mengingat kembali perjuangan kontra Vietnam di semifinal. Bukan hanya untuk memantik semangat dan nyali untuk membekuk Thailand yang pola permainan dan daya juangnya mirip dengan Vietnam, namun juga untuk memetik sejumlah pelajaran.

Setidaknya ada lima ‘pelajaran’ yang bisa dipetik dari laga leg kedua semifinal di Vietnam. Pertama, jangan melakukan kesalahan mendasar dengan mengulur waktu dengan cara yang kurang pas seperti mengikat tali sepatu kiper Kurnia Meiga Hermansyah.

Itu hanya akan menuai kartu kuning keluar dari saku wasit. Masih ada cara lain yang membuat bisa mengulur waktu seperti memperlambat tempo permainan, memainkan bola lebih lama di antara rekan tanpa buru-buru menyerang, atau memainkan bola di sudut lapangan.

Kedua, emosi harus dikendalikan. Bagaimana pun, apa pun yang terjadi di lapangan, meluapkan emosi hanya akan merugikan tim secara keseluruhan. Yang diperlihatkan Rizki Pora saat istirahat babak pertama tambahan waktu di mana dia nyaris menyerang penjaga garis akibat penalti untuk Indonesia dibatalkan merupakan contoh negatif yang tak boleh terulang.

Ketika itu, sebagaimana disiarkan secara langsung oleh Fox Sports, sayangnya RCTI saat itu langsung menyiarkan iklan, Rizki mencoba menghampiri penjaga garis. Untungnya, tindakan Rizki segera dicegah kapten Boaz Solossa, Rudolf Yanto Basna, dan Manahati Lestusen.

Ketiga, pergantian pemain oleh pelatih Alfred Riedl saat unggul 1-0 dan akhirnya berbalik Indonesia tertinggal 1-2 hingga waktu reguler 90 menit selesai memperlihatkan proses pemilihan pergantian pemain yang mesti mempertimbangkan banyak hal.

Tentu saja pemain pengganti Ferdinand Sinaga, Dedi Kusnandar, dan Zulham Zamrun secara kualitas tidak layak diragukan. Tapi dalam hal ini memang bahasannya bukan soal kemampuan ketiganya, melainkan terkait dengan beberapa hal lain seperti ritme permainan ataupun atmosfer di lapangan yang telah berkembang.

Sudah pasti Riedl yang paling memahami hal-hal seperti itu, yang dengan masukan dari para stafnya akan bisa memberi pergantian pemain yang lebih sinkron dengan yang berkembang di lapangan.

Keempat, konsentrasi pada menit-menit akhir pertandingan tetap harus dipertahankan. Terlepas dari makin bervariasinya upaya Vietnam untuk menjebol gawang Indonesia yang memang akhirnya benar-benar terjadi, konsentrasi para pemain Indonesia kemungkinan besar mulai menurun di ujung laga terutama akibat tenaga yang telah terkuras setelah melewati permainan dengan perjuangan luar biasa.

Kelima, menghadapi Filipina, Singapura, dan dua laga kontra Vietnam, penampilan Indonesia terus meningkat. Salah satunya ialah berkat kengototan penuh yang diperlihatkan segenap skuat Garuda.

Kengototan serupa pernah menjadi mantera hebat ketika Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Kardono memberi arahan ke Timnas Indonesia yang akan bertarung di Sea Games 1987, yang berbuah pada medali emas pertama sepak bola di ajang multi-event se-Asia Tenggara itu.

Cerita tentang mantra kengototan dari Kardono itu menjadi kisah yang terus pantas diangkat setiap Timnas akan bertarung di kancah internasional. Semoga mantra kengototan itu kembali diperlihatkan ketika Indonesia mencoba menghentikan dominasi Thailand kali ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper