Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PIALA AFRIKA: Keita pimpin Mali hajar Gabon 5-4

JAKARTA: Seydou Keita memimpin Timnas Mali yang dihuni banyak pemain muda, enam bulan setelah dirinya kembali masuk timnas, setelah beristirahat selama 20 bulan dari pertandingan internasional.Gelandang Barcelona itu dipanggul oleh rekan-rekan setimnya,

JAKARTA: Seydou Keita memimpin Timnas Mali yang dihuni banyak pemain muda, enam bulan setelah dirinya kembali masuk timnas, setelah beristirahat selama 20 bulan dari pertandingan internasional.Gelandang Barcelona itu dipanggul oleh rekan-rekan setimnya, setelah dirinya mencetak penalti menentukan dalam adu penalti melawan Gabon, di perempat final Piala Afrika pada Minggu lalu.Hal ini kelihatannya menjadi skenario mustahil pada setahun silam, ketika ia menolak bermain di timnas, sebagai bentuk protes atas buruknya organisasi pada federasi sepak bola negaranya."Tidak mudah untuk mencetak gol dalam penalti itu, namun kemenangan ini sebagus yang saya dapatkan di Barcelona," kata Keita, yang menjadi pusat perhatian pada jumpa pers, sedangkan pelatih Alain Giresse dan kapten Cedric Kante mendengarkan dengan penuh perhatian."Saya adalah salah satu pemain tertua di tim ini, namun saya merasa lebih muda dari pada siapapun di tim ini sekarang." Keita mengabaikan panggilan negaranya setelah Piala Afrika 2010 di Angola, di mana sangat banyak harapan bagi Mali, sebelum mereka tersingkir di putaran pertama.Setelah dibujuk kembali pada September tahun lalu, ia ikut bermain pada dua pertandingan kualifikasi untuk memastikan Mali berpartisipasi di turnamen yang dihelat di Equatorial Guinea dan Gabon, dan saat ini menjadi jantung tim yang banyak berubah di bawah asuhan Giresse.'Sesuatu yang istimewa' Dengan bendera Mali yang tersampir di bahunya, Keita mempertahankan keputusannya untuk menolak memperkuat timnas dan berbicara mengenai loyalitasnya."Tidak normal untuk tidak bermain bagi negara sendiri, namun saya memiliki tujuan dan alasan," ucapnya seperti dikutip dari Antara."Beberapa pemain lain juga melakukannya," imbuhnya, sambil memberi contoh mantan pemain Liverpool, Momo Sissoko, yang mengakhiri karir internasionalnya dengan alasan serupa.Keita sempat menangis memohon perdamaian untuk negaranya, di mana pemberontakan Tuareg di Utara negara tersebut telah menyebabkan 10.000 orang kehilangan tempat tinggal, sebelum kemudian perasaannya membaik untuk berbicara mengenai kejadian-kejadian di lapangan.Ia menjadi eksekutor terakhir Mali yang mengalahkan Gabon 5-4 pada adu penalti, menyusul hasil imbang 1-1 untuk mencapai semi final, di mana mereka akan menantang Pantai Gading di Libreville pada Rabu."Ini adalah sesuatu yang istimewa untukku, sebab saya sudah tidak muda lagi," kata Keita."Sulit untuk tetap bermain selama 120 menit, namun saya benar-benar bahagia. Kami merupakan tim yang sedang direkonstruksi, dan terdapat banyak pemain baru yang bersaing untuk memperlihatkan potensinya."(api)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper