Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Liga 1 Industri Olahraga, Bukan Tempat Pemain Karbitan

Regulasi Liga 1 yang dikeluarkan PSSI terkesan dipaksakan sehingga menimbulkan persoalan dalam pelaksanaannya.
Para pemain Sriwijaya FC saat mengikuti latihan di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring di Palembang, Sumsel./Antara
Para pemain Sriwijaya FC saat mengikuti latihan di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring di Palembang, Sumsel./Antara

Bisnis.com, PALEMBANG - Regulasi Liga 1 yang dikeluarkan PSSI terkesan dipaksakan sehingga menimbulkan persoalan dalam pelaksanaan mengingat seolah-olah ingin mendompleng pembinaan atlet usia muda di liga profesional.

Salah seorang wartawan olahraga senior di Sumatra Selatan, Hendra Kusuma dalam acara Diskusi Publik Membedah Regulasi Liga 1 di Palembang pada Sabtu (10/6/2017), mengatakan hingga memasuki pekan ke-10 Gojek Traveloka Liga 1, masih menjadi dilema dan pro-kontra di antara klub-klub profesional.

Dalam diskusi yang digelar Forum Jurnalis Olahraga Sumatra Selatan (Forjoss), Hendra mengatakan regulasi Liga 1 ini terbilang unik karena tidak pernah muncul sebelumnya, seperti aturan mengharuskan memasukkan tiga pemain U-22 dalam daftar starting line up dengan jatah bermain minimal 45 menit. Kemudian pemberian slot pemain asing untuk kategori marquee player berubah dari sebelumnya 2+1.

Dia mempertanyakan apakah orientasinya betul-betul untuk kemajuan sepak bola di Tanah Air atau ada udang di balik batu karena ada satu kontestan Liga 1 diketahui sebelum regulasi itu diterapkan telah menyusun daftar pemain asing dengan kelas marquee player. "Saya curiga, apakah ini dipaksakan, terutama soal marquee player. Apakah ini pesanan."

Karena itu, diharapkan tahun depan regulasi ini dapat diubah karena Liga 1 sebagai kasta tertinggi di Indonesia itu murni liga profesional yang artinya berorientasi pada bisnis. Dalam hal ini, pemain yang sudah layak atau bukan karbitan boleh tampil.

"Kalau pembinaan kan sudah ada tempatnya di Liga U-21, U-19. Divisi II dan Liga Nusantara. Liga 1 itu sudah industri olahraga," kata Hendra.

Sekretaris Tim Sriwijaya FC Achmad Haris menilai regulasi ini begitu kejam terhadap untuk para pelaku sepak bola karena niat untuk memunculkan bibit berbakat pesepak bola itu malah membunuh karir sebagian pesepak bola lain.

Regulasi Liga 1 menetapkan pemain di atas 35 tahun hanya boleh dua orang dalam tim kecuali pemain asing. Akibatnya, beberapa pemain terpaksa pensiun dini.

"Jika dihitung, pemain asing saja sudah empat orang, pemain U-22 ada tiga orang. Artinya tinggal empat slot untuk pemain lain dan imbasnya banyak pemain yang tersingkir bukan karena kalah bersaing tapi karena regulasi itu," urainya.

Pengamat sepak bola Sumsel sekaligus perwakilan KONI Provinsi Sumsel Syamsuramel pada diskusi ini mengatakan sebenarnya Indonesia tidak perlu membuat regulasi baru untuk menjalankan liga profesional karena sejatinya FIFA sudah memiliki Laws of The Games yang berlaku di seluruh dunia. "Tapi masalahnya, Indonesia ingin buat sendiri dan ternyata menimbulkan masalah."

Karena itu, menurutnya lagi, sangat penting kiranya membangun kesadaran untuk membina sepak bola secara berjenjang dan berkesinambungan, bukan mendompleng liga profesional.

Jika melihat perkembangan sepak bola nasional, maka sudah saatnya Sumsel khususnya Sriwijaya FC terpacu untuk mencetak pesepak bola melalui pembinaan berjenjang dan berkelanjutan. Namun, pola pemilihan atlet tidak boleh asal saja, harus ada standardisasinya.

"Harapan kami Sriwijaya FC selalu menjadi wadah bagi pemain bola Sumsel untuk mewujudkan mimpi, karena Sriwijaya FC sejak didirikan memang diamanahkan untuk menjadi muara pembinaan sepak bola di Sumsel dan muara terakhirnya ke tim nasional," lanjutnya.

Forjoss membedah regulasi ini dari semua sisi dengan menghadirkan beberapa tokoh sepak bola Sumsel, dari PSSI Sumsel, KONI, PT Sriwijaya Optimis Mandiri, Manajemen Sriwijaya FC, suporter, pengamat, dan perwakilan masyarakat.

Semua sepakat regulasi yang terkesan dipaksakan ini jangan sampai terulang pada kompetisi selanjutnya, karena menyulitkan klub untuk mengambil langkah efektif terkait dengan upaya memajukan tim.

Namun karena sudah telanjur, ada baiknya PSSI menemukan pola terbaik untuk menerapkan konsep kombinasi pembinaan pemain muda dan liga profesional agar persoalan dalam pelaksanaannya dapat dikurangi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper