Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

TIMNAS U-23 Dihajar Korsel 0-4, Jadi Ingat Polosin - Urin 1991

Kekalahan Timnas Indonesia U-23 dari Korea Selatan dengan skor telak 0-4 dimana keempat gol lawan terjadi pada babak kedua mengubur harapan skuat muda Merah Putih untuk lolos ke putaran fina Piala Asia U-23 2016 di Qatar.
Timnas Indonesia U-23, ketahanan fisik harus jadi prioritas/Antara-Wahyu Putro
Timnas Indonesia U-23, ketahanan fisik harus jadi prioritas/Antara-Wahyu Putro

Bisnis.com, JAKARTA - Kekalahan Timnas Indonesia U-23 dari Korea Selatan dengan skor telak 0-4 dimana keempat gol lawan terjadi pada babak kedua mengubur harapan skuat muda Merah Putih untuk lolos ke putaran fina Piala Asia U-23 2016 di Qatar.

Memang kalah telak, namun semangat juang yang diperlihatkan oleh Manahati Lestusen dkk. tetap layak mendapat apresiasi, walaupun bukan sampai level pantas menerima acungan jempol.

Semangat juang mereka tak surut, tetapi kondisi fisik mereka tidak menunjang. Itulah sebabnya mereka tak bsia lagi mengimbangi permainan lawan pada babak kedua.

Sebenarnya, ketidak-mampuan fisik Garuda Muda tak lagi bisa mengimbangi pemain Korsel sudah terlihat sejak pengujung babak pertama.

Pada menit ke-38 Woo Ju-sung menanduk umpan lambung dari wilayah kiri pertahanan Indonesia tanpa ada satu pun pemain Indonesia yang ikut ‘terbang’ guna mencegahnya.

Hanya berselang 3 menit kemudian, satu umpan sepak pojok lagi-lagi disambar dengan kepala, kali ini oleh Kim Hyun, tapi masih beruntung bola hanya menghantam tiang kiri gawang kiper Mohammad Natsir.

Tapi pada babak kedua tak ada lagi keberuntungan seperti itu. Militansi yang terhadang ketidak-mampuan dari sisi daya tahan fisik membuat Korsel tak lagi terbendung. Kesimpulannya, kegagalan Timnas U-23 ke Qatar ialah disebabkan oleh minimnya ketangguhan dari sisi fisik.

Ini membuat saya jadi ingat ketika Indonesia menjadi juara Sea Games 1991 di Manila, Filipina. Menjelang turnamen, beberapa pihak menyoroti kebijakan Anatoli Polosin dan Vladimir Urin yang memberi prioritas luar biasa kepada latihan fisik, bahkan seolah mengabaikan dari aspek teknis.

Namun apa yang dilakukan duet pelatih asal Uni Soviet itu terbukti di Manila. Indonesia pun akhirnya mampu mempertahankan ritme permainan dalam tensi tinggi hingga bisa memaksakan skor imbang 0-0 di final lawan Thailand selama 120 menit dan akhirnya menang adu penalti.

Ketika itu Sea Games masih diikuti oleh tim senior, belum dibatasi hanya Timnas U-23 yang disisipi maksimal tiga pemain senior.

Jadi, pendekatan fisik harus dikedepankan. Sehebat apa pun kualitas teknis, seberapa pun membaranya semangat juang, jika tidak ditunjang oleh kemampuan fisik dan daya tahan yang tinggi, perjuangan seperkasa apa pun akan sia-sia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper